Kamis, 27 November 2014

Canggih! 10 Ribu Telepon Umum Disulap Jadi Hotspot Wifi


Tak sampai disitu, hotspot wifi ini digadang memiliki kecepatan gigabyte.

Dream - Anda yang hidup di era tahun 90-an mungkin masih ingat dengan kejayaan kios telepon umum berwarna biru. Seiring booming telepon genggam, si kotak biru ini mulai dicampakkan.

Puluhan ribu mungkin ratusan ribu kios telepon umum koin kini menjadi onggokan yang rusak dimakan cuaca.

Warga New York, Amerika Serikat bahkan kini sudah bersiap mengucapkan selamat tinggal pada kios-kios telepon umum di pinggir jalan. Namun perpisahan ini hanya sementara, ide baru keluar menggantikan kios-kios itu.

Lewat program LinkNYC, sejumlah kios telepon umum berbayar disulap menjadi stasiun Wifi berkecepatan gigabyte. Perangkat gratis ini siap melayani masyarakat 24 jam sehari dan 7 hari dalam sepekan.

Mengutip laman theverge.com, Jumat, 21 November 2014, stasiun Wifi ini juga menyediakan akses telepon lokal termasuk nomor telepon darurat.

Tak cukup disitu. LinkNYC menyediakan tempat pengisian batere (charging) handphone, serta layar sentuh yang berisi berbagai informasi layanan kota, arah, dan lainnya.

Meski memberikan layanan gratis, LinkNYC optimistis produknya bisa bisa menguntungkan. Alasannya, LinkNYC menyediakan tempat beriklan di setiap stasiun yang dibangunnya.

Untuk diketahui, lokasi telepon umum yang berganti muka menjadi stasiun Wifi ini biasanya ditempatkan di lokasi strategis. Tak hanya ini, LinkNYC juga menyediakan ruang khusus dari bangunan berbentuk persegi panjang besar yang dibuatnya.

LinkNYC memperkirakan proyek barunya ini mampu menghasilkan pendapatan hingga US$ 500 juta dalam 12 bulan pertama.

Rencananya, bangunan LinkNYC akan mulai beroperasi pada pertengahan tahun depan dengan target 10 ribu unit.



Santap Makanan Kurang Matang, Cacing Bersarang di Otak

SI bocah sebelumnya mengalami kejang-kejang dan akhirnya pingsan. 

 

Dream - Seekor parasit cacing dengan panjang 8 sentimeter hidup dalam otak seorang bocah Shanghai. Ahli bedah di Rumah Sakit Xinhua di Shanghai, baru-baru ini berhasil mengeluarkan seekor parasit, yang memiliki panjang 8 sentimeter dari otak seorang bocah 11 tahun.

 Seperti dilansir jfdaily.com, Kamis 27 November 2014, bocah itu dibawa ke rumah sakit pada 12 November lalu setelah dia mengalami kejang-kejang dan akhirnya pingsan.

Kedua orangtuanya menduga anaknya itu makan makanan yang tidak bersih atau kurang matang, karena ia baru saja makan barbekyu ular yang dijual di pinggir jalan.

Dokter memastikan infeksi yang diderita anak itu adalah sparganosis. Ini adalah infeksi yang terjadi pada manusia yang mengkonsumsi katak, ular, atau mamalia kecil lainnya yang tidak dimasak hingga matang.

Infeksi pada manusia kadang-kadang juga disebabkan karena makan daging babi mentah, tambahnya.

Parasit akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kadang menginfeksi mata, jaringan otot atau otak. Jika dibiarkan, bisa mengakibatkan kerusakan pada otak. (Ism)

 

Buku Fisik atau Digital, Mana Lebih Baik untuk Anak?







Buku digital dinilai sangat praktis. Namun, apakah keberadaan buku digital telah menggeser fungsi buku fisik?

 Dream - Kemajuan teknologi mendorong perkembangan buku digital. Alat ini diyakini mampu membantu menumbuhkan dan mengembangkan minat baca, terutama pada anak-anak. Terlebih lagi, buku digital dinilai sangat praktis.
Meski demikian, bukan berarti buku fisik sudah tergusur fungsinya. Buku konvensional itu tetap penting untuk menunjang minat baca anak-anak. Ada saat tertentu yang membuat anak-anak lebih membutuhkan buku fisik sebagai sumber bacaan.
"Buku fisik terutama dibutuhkan misalnya untuk membaca materi pelajaran, karena secanggih apapun teknologi pasti ada keterbatasan dan dampaknya bagi anak," kata Dinny Resmiati, Kepala Bidang Layanan Otomasi Perpustakaan dan Kearsipan Jawab Barat dalam acara UI Islamic Book Fair di Depok, Rabu 26 November 2014.
Salah satu keterbatasan yang dimiliki buku digital adalah ketergantungan pada koneksi internet. Faktor inilah yang membuat akses buku digital tidak semudah menggunakan buku fisik. Tak hanya itu, penggunaan keduanya juga harus dilihat dari segi prioritas.
"Ada saat-saat tertentu buku fisik lebih dibutuhkan anak misalnya saat di rumah, sementara kalau e-book bisa diakses untuk mengusir rasa bosan saat menunggu di perjalanan. Jadi keduanya saling melengkapi dan ada kelebihan kekurangan juga," ucap Dhinny yang hadir mewakili Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, itu. (Ism)
PaidVerts